Jumat, 10 April 2009

SEMUT-SEMUT DI ATAS TOPLES

"Rios pergi jauh kenegri perasingan yang aku tak tahu itu dimana, dan mungkin ia takkan kembali lagi. Terjawab sudah kekecewaanku yang paling kutakutkan dan menghantarkanku pada kesendirian yang mendalam dilorong sunyi bawah tanah.
Rios, adikku yang muda dan jenaka meninggalkan kesedihan yang disudut ruang kosong hampa tanpa tanda tanya. Semoga ia bisa tertawa tanpa cinta keluarga dan bertahan diluar sana"


Keluargaku adalah makhluk pekerja yang sangat bersemangat dengan segala perubahan. Disiplin dan giat bekerja adalah watak yang mendarah daging dalam diri kami, dan perlu disadari bukan karena didikannya yang bersifat militer namun lebih kepada jati diri yang sebenarnya untuk melangsungkan kehidupan didunia yang selalu melangkah dan berubah arah.

Namaku Carlos, anak tertua dari keluargaku. Sebagai anak yang pertama kali ada sebelum adikku, tanggung jawab benar-benar terletak diatas pundakku untuk selalu melindunginya. Ayahku pernah berpesan “ orang yang kuat adalah orang yang melindungi orang yang lebih lemah”. Namun ini bukan sesuatu yang memberatkanku, tanpa tanggung jawabpun aku akan selalu melindunginya. Semua ini memang benar terjadi karena aku sangat sayang kepadanya. Terlebih karena kasih sayang yang mungkin takkan dia dapat dari kedua orang tuaku. Mereka sudah pergi kerumah yang jauh dan tenang. Meninggalkan cinta dan duka untuk tetap ada dalam menjaganya. Namnya Rios, ia masih muda dan bersemangat, namun berkelakuan tanpa pertimbangan, bahaya dan celaka selalu mengejarnya dalam kegelapan, tapi beruntung selalu datang berteman karena selalu terlepas dan terbebas. Kami tinggal dirumah yang sederhana, lorong gang dekat dipingiran. Kumuh tidak boleh dijadikan alasan, tanpa pekarangan dan juga hiasan bunga. Sejak terlahirkan hanya berteman dengan keadaan yang pas-pasan tanpa mengenal kemewahan. Tapi selalu ada kebanggaan yang selalu kami rasakan ditengah kehidupan yang dianggap sebahagian orang adalah penderitaan, yaitu kebersamaan. Menjadikan hari lebih bermakna dengan canda dan tawa, semangat dan selalu bekerja.

Pagi ini terasa indah, dingin yang tidak terlalu dingin dengan gelap yang pergi merana, dan langit sepertinya berwarna cerah seolah berkata ayo bekerja, aku selalu bangun seperti biasa dan selalu lebih cepat dari adikku, kulihat ia masih tertidur pulas, wajahnya terlihat lelah karena canda semalaman yang kami bincangkan. Sejenak berpikir lalu aku menuju kedapur, menyiapkan sesuatu untuk dapat dilahap hari ini. Huh… apa yang tersisa? Tanpa rasa manis dan karbohidrat tampaknya hari ini. Kusiapkan semuanya diatas meja lapuk yang tua dan berumur. Semua tak terlihat menyedihkan, karena sudah terbiasakan. Selesai menyiapkan semuanya aku segera mandi, menambah kesegaran dihari ini untuk mencari kehidupan untuk esok hari. Setelah selesai mandi sambil menggunakan kaus kaki berwarna coklat yang sudah robek pada bagian ujung jempolnya aku berjalan menuju meja lapuk itu, tempat dimana makanan tak seberapa itu berlabuh. Lalu kulihat Rios sudah terbangun, segera kupangil ia untuk bergabung denganku dan bersama-sama sarapan pagi ini. Bersamanya aku menghabiskan makanan yang ada dihari ini hanya untuk kenyang yang sementara, Namun hari ini juga aku harus segera mencari makanan untuk kenyangku esok . Hari-hari terlalu cepat berlari dan tak mau melihat kebelakang, semua selalu mendesak. Sepertinya ada teriakkan dalam telinga yang menyuarakan “saat ini harus bekerja”. Aku berkata kepada Rios bahwa aku akan keluar untuk mencari makanan pagi ini, namun Rios berharap ia bisa ikut denganku, ia ingin mengetahui dunia luar seperti apa dan ingin memulai kehidupan mandiri. Namun aku melarangnya karena itu dapat membahayakannya, tapi ia bisa memastikan tidak akan terjadi apa-apa kalau ia ikut denganku. Akhirnya aku mengiakan keinginannya untuk ikut denganku walau hal ini sangat bertentangan dengan hati.

Selesai melahap semuanya aku dan Rios akan pergi mencari makanan diluar sana. Hari ini mungkin akan menjadi hari yang melelahkan dimana ini adalah hari pertama buat Rios untuk ikut denganku bekerja. Memang benar aku juga sudah lama ingin mengajaknya untuk ikut bekerja. Namun fisiknya yang masih lemah selalui menghantuiku untuk melarangnya. Dan mungkin inilah saatnya untuk memperkenalkan dunia diluar sana.

Akhirnya kamipun pergi keluar dari rumah yang dingin itu untuk mencari makanan, dengan langkah yang sangat berhati-hati, kami melangkah dengan harapan tidak mengeluarkan bunyi agar tidak menarik perhatian para pemangsa lainnya. Kulihat orang-orang berlalulalang ditempat ini. Pagi ini menjadi sangat sibuk, ada anak-anak menggunakan seragam sekolah dengan meninting tas dipundak mereka seakan benar-benar siap untuk menimba ilmu disekolahnya, dan bapak itu dengan semangatnya akan berangkat kekantor untuk menafkahi keluarganya. Ada banyak bangunan ditempat ini, jauh dihadapanku terlihat bangunan besar transparan yang terbuat dari plastik berisi dengan butiran kecil yang berasa manis, orang-orang ini biasa menyebutnya sebagai toples gula, dan benar sekali kalau tempat ini adalah dapur, terlihat seseorang ibu muda yang sedang sibuk ditempat ini menyiapkan makanan di meja makan buat seluruh anggota keluarganya. Aku berbisik pada Rios, “kita akan mengambil gula-gula itu untuk makanan seminggu ini”. Dengan penuh perhatian ia mendengarkan arahan dariku. Layaknya seorang kapten bajak laut yang sudah menaikkan bendera perang aku menjadi pemimpin pasukan untuk menuju toples itu, menggunakan kerat-kerat ditanganku sebagai pengait aku memanjat bangunan licin tempat penyimpanan makanan itu. Dengan seksama Rios mengikuti gerakku dalam memanjat bangunan licin ini. Karena semangat, kerja keras, dan usaha yang serius akhirnya kami sampai dipuncak toples, dan segera kami terjun digunung gula yang menjadi makanan favorit semut-semut kecil seperti kami. Rasanya seperti juragan kaya yang berlimpah harta, namun kami harus segera sadar dari mimpi yang sejenak ini. Karena bahaya bisa kapan saja datang menyapa. Setelah selesai mengisi tas ransel kami dengan butiran gula-gula manis tersebut untuk makanan seminggu nanti, maka perburuhan ini harus segera diselesaikan. Kami harus segera pergi dari tempat ini sebelum terjadi musibah menimpa kami. Ooopps… terlihat bobot berat barang bawaan ini menyusahkan perjalan pulang kami sepertinya, tentu hal itu sangat melelahkan perjalanan memanjat ruangan ini. Sesampainya dipuncak tawa puas menghampiri segala usaha kami, belum selesai kami tersenyum terlihat sesosok perempuan membawa tas belanja berwarna putih hendak mendekati toples tempat kami berdiri, melihat bahaya besar datang mendekat, maka sambil meloncat kebawah aku berteriak menyerukan kepada Rios untuk segera meloncat dan pergi dari tempat itu, namun gerakkanya yang lambat mebuatnya tertinggal dan terdahului dengan tangan ibu muda itu yang ingin merapatkan tutup toples sebelum ia berangkat kepasar. Tubuh Rios terkait dengan tangannya dan terguncang jatuh kedalam tas belanjaan itu. Ia berteriak ketakutan dengan tangis yang tergambar dari wajahnya. Sekejap saja ibu itu berlalu dan menghilang dari hadapanku membawa Rios pergi jauh kenegri perasingan yang aku tak tahu itu dimana, mungkin ia takkan kembali lagi. Terjawab sudah kekecewaanku yang paling kutakutkan dan menghantarkanku pada kesendirian yang mendalam dilorong sunyi bawah tanah.

Rios, adikku yang muda dan jenaka meninggalkan kesedihan yang disudut ruang kosong hampa tanpa tanda tanya. Semoga ia bisa tertawa tanpa cinta keluarga dan bertahan diluar sana.***


design template by: warnafoto.blogspot.com